Entri Populer

Selasa, 26 Juni 2012

Diplomat AS Diganggu di Pakistan


Washington (AFP/ANTARA) - Diplomat Amerika Serikat yang bekerja di Pakistan menghadapi gangguan di tengah semakin mengendurnya hubungan diplomasi terkait pembunuhan Osama bin Laden tahun lalu, seperti yang dinyatakan Departemen Luar Negeri, Kamis.

Gangguan dan penghalangan tersebut digambarkan staf kedutaan Amerika Serikat sebagai hal yang “disengaja dan sistematis", menurut 76 laporan dari pengawas departemen, badan inspektur jenderal.

"Gangguan dan penghambatan pejabat di Pakistan, sebuah masalah endemik di Pakistan, telah meningkat di mana berdampak secara signifikan merusak misi operasi dan implementasi program," kata laporan tersebut.

Gangguan tersebut antara lain seperti menunda visa bagi staf, memblokir pengiriman bahan-bahan untuk program bantuan dan pekerjaan kontruksi, dan pengawasan staf dan kontraktor.

Laporan resmi pada Kamis, menyebutkan bahwa hal-hal tersebut terjadi setelah kunjungan pencari fakta dari misi diplomatik Amerika Serikat di Islamabad, Karachi, Peshawar, dan Lahore pada Februari.

Hal itu mendesak para pejabat Amerika Serikat untuk memastikan bahwa masalah gangguan tersebut dipaparkan dalam pembicaraan bilateral dengan pemerintah Pakistan.

Serangan komando Amerika Serikat yang merengut nyawa bin Laden di Abbottabad pada Mei 2011 telah menjadi sesuatu yang "sangat memalukan", yang menyoroti "ketidakmampuan" pemerintah dan "ketidakmampuan untuk mendeteksi atau melawan intervensi militer."

Rasa saling percaya antara Amerika Serikat dan Pakistan semakin goyah akibat serangan terhadap kedubes Amerika Serikat di Kabul pada September, serta serangan NATO yang menewaskan 24 tentara Pakistan pada November.

"Dampak dari peristiwa itu sudah terasa di setiap bidang dari hubungan bilateral," kata laporan itu.

"Diperkirakan hubungan masa depan akan sedikit ambisius, lebih pragmatis," katanya, seraya menambahkan bahwa kedutaan juga "berjuang dengan tantangan dari program bernilai lebih dari 2 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar Rp18,9 triliun) dalam pendanaan tahunan untuk pengembangan dan program bantuan keamanan."

Laporan itu memberikan 32 rekomendasi resmi untuk meningkatkan keamanan dan kondisi kerja dari staf kedutaan, termasuk memperbarui kebijakan pada penggunaan kendaraan bersenjata.

Pejabat yang berbasis di Washington, juga dikritik karena terlalu mengganggu pada saat-saat menguatnya ketertarikan dan komitmen Amerika Serikat dalam apa yang sedang terjadi di lapangan baik di Pakistan maupun Afghanistan.

"Salah satu tantangan terbesar kedutaan adalah mengelola keterlibatan Washington yang kuat dan mengganggu dan rakus informasi," kata laporan itu.

Mulai dari insiden perbatasan pada November hingga kajian pada Februari, pejabat kedutaan
telah melakukan 40 konferensi video dengan pejabat-pejabat senior di Washington, beberapa dari konferensi tersebut dipimpin oleh Presiden Barack Obama. (jk/ik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar