Brasil
Inflasi sering kali merupakan bagian lingkungan usaha yang diterima di Amerika Latin, Eropa Timur, dan Asia Tenggara. Pengalaman Brasil di masa lalu dengan hiperinflasi membuat inisiatif akuntansi inflasi bersifat instruktif.
Para Analis Keuangan dan para eksekutif keuangan Brasil melakukan penyesuaian akun-akun Brasil atas perubahan harga untuk membantu analisis mereka. Meskipun tidak lagi diwajibkan, akuntansi inflasi yang direkomendasikan ke Brasil mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tiungkat harga terhadap modal. Yang terakhir ini merupakan hasil dari penilaian kembali aktiva tetap terhadap biaya penggantian kini dikurangi dengan provisi untuk depresiasi teknis dan fisik.
Komisi Pasar Modal Brasil mewajibkan metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dlam suatu periode dengan menggunakan mata uang fungsionalnya. Pada akhir periode, indeks tingkat harga umum yang berlaku mengubah unit daya beli umum menjadi unit mata uang lokal nominal.
BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
IASB menyimpulkan bahwa posisi laporan keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. IAS 29, “Pelaporan Keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi” mewajibkan penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan :
1. Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
2. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama (penilaian biaya historis atau biaya kini).
3. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama periode pelaporan.
4. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
ISU-ISU MENGENAI INFLASI
Terdapat 4 isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu:
1. Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
2. Melakukan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi,
3. Akuntansi inflasi luar negeri,
4. Menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Keuntungan atau kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir, serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggis, keuntungan atau kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus. Mekanisme penyesuaianmengindikasikan manfaat (biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utang selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi kepada Pemegang Saham.”
Akuntansi untuk Inflasi di Luar Negeri
Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan eksperimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan biaya pengungkapan kini. FAS 89, yang mendorong perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, masih meninggalkan permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua tingkatan. Pertama, perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai aktiva nonmoneter berdasarkan biaya historisnya atau menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini. Kedua, perusahaan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi luar negeri memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan menyajikan ulang akun-akun luar negeri dalam dolar AS.
Menyajikan ulang baik akun-akun perusahaan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen harga kini dan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan.informasi ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin ynag menyangkut dividen masa depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang dilakukan dewasa ini.
Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri, seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebuat sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi lokal langsung berpengaruh terhadap kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan (paling tidak dalam jangka pendek). Dengan demikian, ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan secara negatif.
Infasi terhadap harga pokok penjualan atau beban depresiasi dimaksudkan untuk mengurangi besarnya laba “sebagaimana ynag dilaporkan” untuk menghindari penilaian lebih laba bersih. Namun demikian, karena pengaruh hubungan terbalik antara inflasi lokal dan nilai mata uang, perubahan kurs valuta asing di antara laporan keuangan yang berurutan, yang umumnya disebabkan oleh inflasi (setidaknya selama suatu periode), menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi (yaitu penyesuaian translasi mata uang) terhadap hasil operasi perusahaan “sebagaimana yang dilaporkan”. Dengan demikian, untuk menghindari proses penyesuaian terhadap pengaruh inflasi sebanyak dua kali, penyesuaian infalasi harus memperhitungkan kerugian translasi yang sudah tercermin dalam hasil “sebagaimana yang dilaporkan” dari suatu perusahaan.
Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan antara inflasi dan translasi mata uang luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan menggunakan kurs kini. Dan dapat diasumsikan sebagai berikut:
· Inflasi negara lokal adalah 20% selama tahun yang baru saja berakhir. Inflasi di AS adalah sebesar 6% selama tahun tersebut.
· Kurs nilai tukar pembukaan pada tan ggal 1 Januari adalah LC1 = $1,00
· Kurs nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember adalah LC1 = $0,88
· Devaluasi mata uang selama tahun tersebut untuk mempertahankan paritas daya beli adalah 12%.
· Persediaan dalam mata uang lokal adalah sebesar LC200 pada tanggal 1 Januari dan LC240 pada tanggal 31 Desember.
· Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan selama tahun tersebut.
Nilai dolar ekuivalen persediaan awal dan akhir dihitung sebagai berikut:
|
Jumlah
dalam LC
|
Kurs
Nilai Tukar
|
Jumlah
dalam $
|
Persediaan
FIFO, 1 Januari
|
200
|
LC
= $1,00
|
$200
|
Persediaan
FIFO, 31 Desember
|
240
|
LC
= $0,88
|
$211
|
Laba “sebagaimana yang dilaporkan” akan mencerminkan kerugian translasi sebesar $29 (dengan mengasumsikan bahwa mata uang didevaluasi pada akhir tahun), perbedaan yang terjadi dari melakukan translasi persediaan senilai $240 pada tanggal 31 Desember berdasarkan kurs $0,88 dan $1,00.
Dengan demikian, selama periode perputaran persediaan berikutnya, harga pokok penjualan “sebagaimana yang dilaporkan” menjadi sebesar LC240 dalam mata uang lokal atau $211 dalam dolar.
Perusahaan tersebut telah mengurangi laba dengan kerugian translasi sebesar $29 dan penyesuaian inflasi harga pokok penjualan sebesar $40 dengan jumlah keseluruhan sebesar $69 atau 34% dari saldo awal persediaan sebesar $200 pada tanggal 1 Januari. Namun demikian inflasi hanyalah sebesar 20%! Kejatuhan gandalah yang menyebabkan hal ini terjadi. Perhitungan dolar memasukkan perhitungan ganda antara kerugian devaluasi mata uang, yang ditimbulkan dari inflasi dan penyesuaian harga pokok penjualan terhadap inflasi, yang menjadi akar penyebab devaluasi mata uang. Penyesuaian inflasi harga pokok penjualandengan metode sajikan ulang-translasikan saja sudah cukup. Penyesuaian ini tidak hanya menghapuskanlaju inflasi AS (sebesar 6%), tetapi juga perbedaan laju inflasi diantara negara lokal sebesar 20% dan di AS sebesar 6% yang menimbulkan devaluasi sebesar 12%. Dan disimpulkan bahwa jika harga pokok penjualan disesuaikan untuk menghapuskan inflasi negara lokal, maka perlu dilakukan penghapusan setiap kerugian translasi yang tercermin dalam laba “sebagaimana yang dilaporkan”.